Jumat, 27 Desember 2013

Lebenslangenschicksalsschatz

Beberapa waktu lalu, nonton ulang How I Met Your Mother season 8, episode 1. Dan menemukan scene yang bagus banget. HIMYM itu emang sitkom bagus deh. Banyak pelajaran yang bisa diambil, disamping lucu-lucu dan menghiburnya. 

Jadi disini ada percakapan antara Ted dan Klaus di stasiun kereta. Disini Ted nanya ke Klaus kenapa Klaus ninggalin Victoria di hari pernikahan mereka, sebelum awalnya Ted mergokin si Klaus turun dari jendela kamarnya turun manjat pipa air padahal Ted sendiri baru aja naro surat Victoria yang juga mau ninggalin Klaus di hari pernikahan mereka demi Ted. And the dialog continue to :

There is a word in German : Lebenslangenschicksalsschatz. And the closest translation would be : 'Lifelong Treasury of Destiny'. 
And Victoria is wunderbar (wonderful), but she's not my Lebenslangenschicksalsschatz. She is my Beinaheleidenschaftsgegenstand, you know? It means 'The thing that is almost the thing that you want, but it's not quite.'
Lebenslangenschicksalsschatz is not something that develops over time. It is something that happens instantaneously. It courses through you, like the water of a river after a storm, filling you and emptying you all at once. You feel it throughout your body. In your hands, in your heart, in your stomach, in your skin. Of course you feel it in your Schlauchmachendejungen- pardon my French.
Continu... 
Klaus : Have you ever felt this way about someone?
Ted : Yeah, I think so.
Klaus : If you have to think about it, you have not felt it.
Ted : And you're absolutely sure you'll find that someday?
Klaus : Of course. Everyone does eventually. You just never know when or where.

And, the story continued to Ted met the girl with yellow umbrella and then the film is ended.

Terus aku jadi mikir sendiri. Kapan dan dimana aku akan menemukan my Lebenslangen-schicksalsschatz. Dan gimana kalo sebenarnya aku udah pernah ketemu dengan nya, tapi ga nyadar. Tapi kayak kata Klaus, if we still have to think about it, then it's not my Lebenslangenschicksalsschatz. Maybe it's just my Beinaheleidenschaftsgegenstand or my wunderbar one. Haha.

Jumat, 15 November 2013

Toleransi, Pengertian, Peka, Terbuka.

Liburan. Jalan-jalan. Mungkin hampir semua orang suka. Tapi mungkin ada juga sebagian orang yang nggak suka liburan. 

"Baru pulang dari mana? Sendiri? Ada sodara disana?."
"Ngga ada."
"Ih, ngapain. Sendirian lagi."

"Kok cuma 2 hari disininya?"
"Iya, cuma bisa libur 2 hari."
"Ngabisin duit aja. Mending tadi seminggu"

"Kok ke sana lagi? Kan dulu udah pernah."
"Ya gapapa."
"Mendingan ke tempat lain. Orang udah pernah."

Memang sih, kalo mau jalan-jalan pasti harus ngeluarin duit ekstra. Terutama untuk nginap sih biasanya yang gede. Untungnya saya join di sebuah situs yang bisa request untuk tinggal dan nginap sementara di rumah atau kosan orang yang sama-sama join di situs tersebut. Kita bisa share apapun. Setelah gabung di situs ini saya lebih berani pergi kemana-mana sendiri. Soalnya saya nggak akan sendiri, saya ada temennya disana. Dan saya menjadi orang yang lebih toleran, pengertian, peka, dan terbuka.

Kalo selama ini di lingkungan yang ini-ini saja, kita punya teman yang itu-itu saja, dan mau deket ke orang lain susah, soalnya setiap orang udah punya kelompok-kelompok masing-masing yang punya rahasia bersama dan nggak semudah itu untuk nyambung ke kelompok tersebut. Apalagi saya termasuk orang yang tertutup, kurang bisa masuk ke orang baru. Tapi kalo kita jalan-jalan sendirian, nggak ada temen yang kenal, adanya temen yang baru kenal semua, kita jadi membuka diri, karena kita butuh teman. Saya jadi membuka diri ke mereka-mereka teman baru saya, saya ketemu orang-orang baru yang berlatarbelakang beragam. Kalo di kampus saya cuma ketemu teman-teman yang kebanyakan berasal dari Bandung dan sekitarnya dan Jakarta. Jadi kalo nggak orang Sunda ya orang Jakarta, trus sama-sama mahasiswa. Beberapa kenalan ada yang kuliah di dua tempat sekaligus dengan bidang yang sama sekali berbeda, beberapa kenalan ada yang aslinya dari angkatan diatas saya karena beberapa hal, beberapa kenalan ada yang sambil kerja, beberapa kenalan ada yang punya usaha sendiri, sebatas itu keberagamannya. Begitu saya keluar kota, ketemu orang-orang baru, yang memang benar-benar beragam. Ada yang pelukis, ada yang kerja di bidang advertising dan media, yang bener-bener saya nggak ngerti, ada yang pernah kerja di manajemen mall, ada yang arsitek, ada yang tukang ojek, ada yang penulis, ada yang orang kantoran, ada yang di koran, ada yang di supplier wine, ada yang sommelier, ada yang fotografer. Beragam. Dan biasanya saya yang paling muda di kelompok. Jadi saya banyak belajar dari mereka-mereka yang punya pengalaman lebih banyak dengan latar belakang bidang yang beragam. Itu semua membuka mata saya. 

Beberapa teman yang saya temui punya beda-beda. Misalnya beda agama, beda suku, beda negara. Saya sih udah biasa sama yang beda agama dan beda suku, soalnya keluarga saya juga banyak yang beda-beda, jadi saya udah terbiasa toleran, dan nggak sempit sudut pandangnya. Ketemu orang yang beda-beda itu bikin saya tambah toleran juga.

Sekarang saya merasa saya lebih terbuka dan lebih ramah ke orang, suka senyum, dan memasang muka friendly. Dan entah cuma perasaan saya aja, atau emang dunia menjadi lebih bersahabat, orang-orang menjadi lebih ramah juga ke saya. Mungkin sebenarnya dunia nggak berubah, cuma saya yang berubah menjadi lebih terbuka dan ramah. Iya, kita nggak bisa minta semuanya berubah ngikutin kita, kita juga yang harus berubah. Nggak mungkin Semua orang salah, cuma kita sendiri yang benar. Mungkin emang ada yang kurang dari kita, ada yang harus diubah. 

Saya juga beberapa kali nginap di rumah orang baru yang bener-bener baru dan asing. Saya berusaha peka liat kondisi rumahnya, kondisi awal kamar yang akan saya tiduri. Saya peka dan sadar dan tau. Tanpa ada saya disini, orang ini sudah punya aturan sendiri untuk rumahnya. Maka saya pun sadar, saya nggak boleh sesuka hati. Saya selalu beresin tempat tidurnya lagi sebelum keluar kamar, nggak ninggalin sampah di kamar mandi ataupun di kamar, dan selalu bilang kalo make sesuatu meskipun itu cuma tisu dan sepencetan sampo. "Mbak, maaf ya tadi aku pake tisu sama samponya mbak." Aku juga pernah disuruh sarapan, abis makan aku langsung ke dapur dan cuci piring sendiri dan beberapa piring yang memang sebelumnya ada di wastafel. Trus aku juga ngobrol dan mencoba akrab ke keluarganya. Karena tujuan saya bukanlah sekedar numpang tinggal untuk menghemat uang. Saya butuh teman baru, orang baru. 

Waktu nginap di model kosan, aku suka nyapuin kosannya. Nggak berat. Biasa aja. keringetan juga nggak. Trus peka dan pengertian juga kalo saya diajak jalan-jalan, suka sharing bensin, dan tiket masuk wisata, atau kalo memang yang ngajak saya jalan-jalan ngomong nggak perlu sharing bensin dan tiket masuk, seenggaknya saya suka bayarin parkir yang cuma seribu duaribu. Cuma nunjukin kalo saya bukannya minta digratisin, saya nggak berniat dibayarin dan ngerepotin. 

Sampe sekarang saya masih berteman baik dengan beberapa orang-orang baru yang saya temui pas jalan-jalan dan masih kontek-kontekan. Beberapa lainnya berteman biasa saja, karena baru ketemu sebentar, jadi masih belum terlalu akrab. 

Sekarang saya lagi nabung, buat pergi lagi, entah itu ke tempat baru, atau ke tempat yang udah pernah saya kunjungi sebelumnya. Saya nggak sabar ketemu orang baru lagi, di tempat asing yang nggak biasa lagi, dan belajar untuk toleran, pengertian, peka dan lebih terbuka.


Rabu, 23 Oktober 2013

Ah, iya. Bahagia itu sederhana.

"Sometimes you just need to distance yourself from people. If they care, they'll notice. If they don't, you know where you stand." 
 Here I am.

4 Oktober 2013

Here I am. Diatas bus Primajasa menuju Bandara Soekarno-Hatta. Sendirian. Mau ke mana ke bandara? Bali. Tiket CGK-DPS return udah kebeli dari tanggal 31 Agustus lalu. Belinya juga random banget. Kebetulan nge-follow @citilink, dan kebetulan lagi rame promo tiket anywhere seharga Rp 55.000. Pas buka website langsung bisa, biasanya kan suka lagi penuh yang buka website kalo promo, jadinya susah masuk ke website nya, nah ini nggak. Aku ngajak beberapa temen. Pada nggak pasti. Akhirnya nekat beli. Buat sendiri. Sendirian. Random pilih tanggal 4 okt-9 okt. Karena itu masih agustus, dan oktober masih lama. Akhirnya udah aja, lupa. Pas masuk minggu terakhir september baru mikir, ini tiket mau dijadiin pergi atau diangusin aja. Kesini-kesininya, berasa keadaan kondusif banget buat aku untuk pergi. Temen-temen lagi pada malesin, kuliah lagi jenuh banget, hati sedang kacau, and this is the perfect time for me to go. To distance myself from people. And here I am. Akhirnya memutuskan berangkat. Berangkat tanpa rencana, dan tanpa ekspektasi apapun. Benar-benar cuma ingin pergi dari rutinitas dan menghilang dulu. Beruntungnya aku join di couchsurfing.org, ini tuh website yang merupakan wadah para traveler, untuk ketemu orang baru, sharing everything. Aku udah kirim rekues ke beberapa orang untuk tinggal di tempat mereka selama di Bali. Beruntungnya ada 2 orang baik yang bersedia nampung aku. Aku sih beruntung, tapi nggak tau, menurut mereka aku musibah atau cobaan hahaha

Ini kali kedua  aku ke Bali. Dulu waktu ke Bali tahun 2007, dan ini udah 2013, berarti 6 tahun yang lalu. Itupun pergi bareng keluarga. Tempat-tempat ikonik Bali yang must visit udah semua pas tahun itu. Kuta, GWK, Besakih, Tanah Lot, Pura Ulun Danau Bratan, Bedugul, Ubud, taman yang banyak monyet, Padang bay, Nusa Dua, Sanur, makan salak bali, rujak kuah pindang, sate lilit, udah semua sih, walau cuma sekali itu. Nah yang kedua kali ini, aku nggak ada tujuan mau kemana. Dan beruntungnya aku diajak mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Berarti selain yang diatas, kecuali Kuta.

Nyampe bali jam 7 PM WITA, host 1 aku, namanya Indri, asli Bali, bersedia jemput di Bandara. Abis itu Indri ngajak makan nasi pedas khas Bali dan lanjut ikut gathering CS Bali, Friday Rendezvous. Disana aku ketemu Nata dan Oka, How lucky I am can meet them. 

Indri, a cheerful person and talk a lot, so much fun, i stayed in her house for 1 night, and she took me to Kintamani. Her house is so nice and homey, her room's so comfortable. She is a live-GPS alias GPS hidup, soalnya dia tau banyak tempat dan apal banget jalan di Bali sampe jalan tikus. She's also a good driver. She's not only my new friend but also my sister :) 

Nata, I saw his pencil sketches, it's beautiful, he is very talented and i like his drawing, although i don't understand what it is hahaha his daily style is really like a real artist. He told me about many things, include his work before he moved to Bali. He has interesting point of view, i'm grateful for his help and hospitality.

Oka, type of cool people. He's not talking much. But he's kind. He gave me Ubud Writers & Readers Festival T-Shirt. I'm so so so glad. He has phobia to orange (fruit) :D

5 Oktober 2013

Indri ngajak aku ke Kintamani, liat Gunung Batur dan Danau Batur, makan di Resto Apung.



Kintamani, liat gunung dan danau Batur, makan di Resto Apung.


Di jalan pulang dari Kintamani. Liat itu gunung, awan, perfect day!

6 Oktober 2011

Sore kemaren aku pindah ke host 2, mbak Laili. 

Laili, the first time i met her, i've just known that her and i can be a good friend. She's funny and very kind to let me to stayed in her room for 4 nights. I hope i can stayed for more night. She knows a cheap way to eat and to go, and it's so good for a minimum budget traveler like me. And the important things is she's really 'bolang, bocah petualang' :D 

Hari minggu ini mbak Laili ngajak aku jalan bareng Mbak Sita (CS Ambassador Bali!), Mas Aksar, Mas Boby, dan surfernya Mbak Sita, Coline, atau Colline, atau apapun pokoknya bunyinya Kolin, dari ostrali.



Angseri Hotspring



Jatiluwih, Tabanan. Kanan-Kiri : Vina, mas Boby, mas Aksar, mbak Sita, mbak Laili, Kolin yang
  motoin :p



Karsa Kafe, Ubud

Mbak Sita, What an honor i can know her, she is CS Ambassador! If there are many people said that mbak Sita always speak fast, that's true hahaha She's funny and kind, easy going and adventurous person. What a day with you and the others that day. I will never forget and i hope we meet again soon.

Mas Boby, a cool guy with cool tattoo on his left foot. Kinda a serious guy at first, but no, he made bunch of jokes. The funniest thing from him is when he put his feet into the pond, and the fish start to eat his feet thumb and he laugh tickle.

7 Oktober 2013

Hari ini saya dan mbak Laili ke Karang Asem. Kita naik motor kurang lebih 1.5 jam apa 2 jam gitu. Jauh banget. Tapi saya seneng jalan kesana, soalnya jalannya lurus, lewat by pass, dan mulus. Di by pass saya bawa motor ngebut, tapi apa daya motornya mentok di 90km/jam. Jadi sepanjang bypass ity saya ngebut terus di 90km/jam, berapa kilo saya nggak ngerti, pokoknya jauh. Ngebut adalah salah satu hal yang sangat menarik untuk dilakukan di Bali. Dan saya senang sekali bisa ngebut. Haha Soalnya liat aja Bandung, padet gitu, trus kalo mau ngebut, jalannya bolong-bolong. 

Jadi di Karang Asem ini saya pergi ke Puri Taman Ujung dan Pantai Candi Dasa.


 Puri Taman Ujung, Karang Asem


Pantai Candidasa, Karang Asem

Pulang dari Karang Asem, kita mampir di Musemum Renon, Denpasar.


Museum Renon, Denpasar

Sorenya saya main sama mas Aksar, kita sunsetan di seminyak! 


Sunset di Seminyak

Pantai yang bagus, suasana yang tenang, matahari yang mulai hilang, langit yang mulai gelap, sebotol minuman dingin, suasana mahal guys! Pas matahari udah bener-bener ilang, live music main, lagu-lagunya selow, suara bagus, bintang mulai muncul, ah what a moment. Kangen. 

Malamnya, masih bareng mas Aksar. Saya diajak ke farewell-nya temen mas Aksar. Cerita detail pas farewell, biar saya dan orang-orang terlibat aja yang tau.

Mas Aksar, he is 'jail' and 'usil' person! Haha he is the type of person that you can feel like old friend easily. He is a great guy, with very very good link and network. He knows most of important people in Bali. He invited me to his friend's farewell party and almost made me drunk with all that kind of drink. What an experience! I am very happy but not happy about the green shirt :D

Can believe i can drive in Bali, he let me drive his car, he was sleeping and let me to find the way to go home by myself, but i'm not good at memorizing way and road. And i got lost as usual.

His house is the only place in Bali that i can pupup. Soalnya pantat saya agak manja, jadi harus nemu toilet enak dulu baru bisa pup. Bayangin aja udah 3 hari nggak pup. dan selama 6 hari di Bali saya cuma pup sekali. Begaah Tapi kamar mas Aksar dan Toilet-nya masuk kategori nice saya. Akhirnya bisa pupup! Hehe 

8 Oktober 2013

Siangnya saya dan mbak Laili ke Kuta. Berniat mau pasang tato temporare, tapi niat ini saya urungkan, karena saya nggak mau alay. Hahaha padahal apa coba. Terus saya tiba-tiba pusing, mual. Yaiyalah, tadi pagi baru pulang jam 3, tidur jam 5, bangun jam 7. Udah jalan lagi. Tapi ternyata bukan cuma kurang tidur, ups, mungkin saya kebanyakan minum-minuman dingin tadi malam. Dan sisa hari, saya tidur doang. 

Malemnya, mbak Laili kerja, saya kepengen jalan. Berencana ke Kuta, mungkin akan menikmati minuman dingin sendiri di tepi pantai. Pinjem motor, dikasih arahan sama mbak Laili saya mau kemana, berbekal google maps juga, saya pun pede jalan. Apalagi saya udah 2 kali ke daerah Kuta situ diboncengin mbak Laili. Ternyata saya adalah orang yang dijelasin nggak akan ngerti karena jalannya belum keliatan, mana google maps error, minta verifikasi gitu. Nanya-nanya ke orang, ngikutin plang arah, akhirnya nyampe ke daerah Kuta. Orang normal mah 2 kali ke daerah situ pasti apal lah ya. Saya luar biasa bego. Susah banget apal jalan emang. Dan nggak nyampe. Kepala masih pusing, makin pusing, di jalan saya berdoa semoga nggak pingsan nggak kenapa-napa. 

Sekarang masalahnya, udah nggak nyampe tempat yang dituju, ini jalan pulang gimanaaaa? Google maps udah ga bisa dipake. Akhirnya berbekal feeling, intuisi, plang arah, dan nanya-nanya orang tiap berenti di lampu merah, saya sampai dengan selama di kosan mbak Laili. Sempet muntah berapa kali, beneran sakit. Padahal besok mau pulang. Akhirnya tidur dengan perut kosong.

9 Oktober 2013

Ah, masih berasa kurang hari-hari di Balinya. Saya masih betah, tapi harus pulang :(

Mulai packing males-malesan, tas nggak berkurang bebannya soalnya ditambah oleh-oleh buat adek-adek tercinta. Kepala masih pusing. Indri yang baik hati mau nganterin aku ke Bandara, dia juga bilang mau ngajak lewat jalan tol baru. Iya, Bali punya jalan tol baru sekarang. Menghubungkan Nusa Dua. Bagus deh jalan tolnya, di laut gitu. Trus ada jalur motor. Jadi motor juga bisa lewat jalan tol. Sayang belum sempet nyobain pake motor.

And it's time to go home. Saya mendapat teman baru di perjalanan ini, benar-benar teman. Memang benar, dari perjalanan, nggak selalu destinasinya yang menjadi hal utama. Kadang-kadang momen di jalan nya, atau ketemu orang barunya. Dan kali ini, saya ketemu orang-orang baru yang menjelma menjadi teman-teman baru saya. Dan iya, bahagia itu sederhana.



Selasa, 15 Oktober 2013

34 hours

Ini bukan mirip-miripin sama film 127 hours itu ya. Walaupun sama-sama based on true story. Well, can you imagine what can happen in you and yourself in 34 hours? Apa yang bisa terjadi pada dirimu dalam 34 jam? Ini adalah 34 jam yang berkesan dalam hidup saya. Hiperbola sih. Tapi saya belum pernah mengalami hal-hal ini dan seberuntung ini :

  1. Baru pulang dari liburan ke Bali, duit sedang habis, duit jajan nggak ditambah, 4 hari kemudian pergi lagi.
  2. Pergi cuma berdua, rencana dadakan, sama temen, yang bisa dibilang belum pernah ngobrol banyak dan nggak terlalu deket sebelumnya.
  3. Saling curhat dari hati ke hati hahaha
  4. Berencana akan tidur di sleeping bag, bawa-bawa sleeping bag berat, tapi akhirnya ga jadi, jadinya tidur di kamar murah.
  5. Berencana liat sunrise, tapi apa daya, kita baru nyampe jam 3, baru bisa tidur jam 5.
  6. Lupa bawa celana renang, baru inget pas udah nyampe.
  7. Main ombak
  8. Berhasil sewa motor 75.000
  9. Makan seafood segar sekilo dalam sekali hap dengan affordable price
  10. Naik motor sejam di kondisi jalan yang jelek banget, berdebu, banyak truk. Pantat pegel, punggung pegel, muka kucel dan berpolusi.
  11. Pas nyampe tempat, kita berhasil masuk kloter terakhir, last minute banget.
  12. Menyadari duit yang ada kurang buat bayar.
  13. Beruntung karena tempat yang dituju sudah lama nggak hujan, artinya airnya sedang dalam kondisi bagus-bagusnya.
  14. Body rafting 3 jam di sungai berair ijo jernih yang indah, dengan dinding tebing dan pohon-pohon yang bagus banget!
  15. Lompat dan nyebur dari tebing setinggi 9 meter ke air!
  16. Kepeleset pas manjat tebing, baret di perut. Tapi untungnya aku kuat dan tidak suka nangis!
  17. Ngebut lewat jalan pulang yang sama dengan jalan pas pergi demi mengejar bis terakhir.
  18. Ketinggalan bis terakhir menuju bandung. Ketinggalan bis terakhir menuju bekasi.
  19. Akhirnya bisa naik bis kelas bisnis tujuan bekasi dengan AC super dingin.
  20. Udah deket tempat turun malah ketiduran, akhirnya diturunin di tol.
  21. Pake senter di tol. Dan berusaha turun dari tol. Survival abis!
  22. Jalan dari turun tol dan nyari taksi jam 3 pagi.
  23. Nemu taksi, pulang dengan selamat.
  24. Nyampe rumah disuruh makan, lontong dan opor ayam. Nyam! :')

Mission accomplished! Challenge accomplished in 34 hours! What a day. Dan saya sangat kenyang, kenyang akan kesenangan! :D



Senin, 30 September 2013

Normal

Patah hati? Sedih? Ditinggalin? Pasti pernah. Nggak melulu pacar atau orang yang spesial ya, temen, sahabat, apapun lah. Sakit? Iya. Mau back to normal? Nah itu pilihannya. Cara paling ampuh adalah berhenti masih nyari tau tentang dia. Pilihan kan. Terserah kita deh. Mau tetep tau tentang dia, atau mencoba nggak peduli, berhenti liat wall facebooknya, stalking twitternya, dan baca di blognya. Hide dia dari timeline. Unfollow mungkin, atau di mute. Bukan. Bukannya nggak dewasa, apa itu dewasa? aku nggak kenal dewasa. Aku dan kamu cuma perlu waktu untuk menetralkan perasaan. Aku rasa nggak ada orang yang abis ditinggalin langsung biasa lagi, tetep ngobrol, dan bersikap seolah nothing happen. Perlu waktu. Tapi ya itu tadi, pilihan sih. Mau gimana. Dari kitanya sendiri. Mau terus-terusan meratapi nasib, terus-terusan menyesal kenapa dulu nggak gini, kenapa gitu, mau terus-terusan dengerin playlist kenangan bareng dia dulu, nonton film yang dulu pernah ditonton, ketempat bareng dulu, atau mau berubah dan mencoba live our life. Nggak perlu buang foto atau barang dari dia sih, nggak perlu, cuma harus berhenti ngikutin update nya dia tiap hari tiap saat di medsos. Aku nggak pengen tau lagi dia lagi apa sekarang, dia lagi sama siapa. Aku nggak pengen tau lagi. Udah cukup. Dia nggak mungkin balik lagi. Jadi ngapain terus-terusan sok patah hati. Lihat orang disekeliling kita. Coba lihat. Jangan terus-terusan ketutup sama  dia yang udah pergi. Dia nggak ada buat aku sekarang. Lihat siapa yang di depan kita sekarang. Temen-temen yang pada baik, mereka nggak invisible. Mungkin aku dan kamu perlu waktu untuk bisa ngomong balik kayak dulu lagi. Mungkin bukan kita, tapi aku. Plis anyone, kalo mau pergi bilang-bilang. Jangan pergi gitu aja. Ditinggal itu nggak enak. Pilihan sih, mau apa nggak. Berani take position.

New Playlist = (hope) New Mood

Sering banget galau nggak beralasan akhir-akhir ini. Mungkin karena nggak punya temen ngobrol, terus nggak kemana-mana. Aku yang bosenan ini pasti jadi pusing kalo udah dirumah terus nggak ada temen ngobrol dan nggak ngapa-ngapain. Dengerin musik di playlist handphone, eh malah lagu galau semua. Bener sih kalo lagi galau, dengerinnya lirik, jadi lirik-lirik patah hati harus dihindari, walaupun aku sendiri nggak lagi patah hati. Playlist di HP banyak musik keras, tapi tetep bisa bikin misuh-misuh kalo dengerinnya pas galau karena liriknya yang pada patah hati. Akhirnya saya pun mengganti lagu-lagu saya dengan lagu yang lebih bener. Ini beberapa lagu baru nya : 

1. How to Be A Heartbreaker - Marina & The Diamonds
2. What You to Know - Two Door Cinema Club
3. Young Folks - Peter, Bjorn, and John
4. Burn - Ellie Goulding
5. Slow Down - Selena Gomez
6. That's My Kinda Night - Luke Bryan
7. Don't Wake Me Up - The Hush Sound
8. Boats and Birds - Gregory & The Hawk
9. Island in The Sun - Weezer
10. Peace Sign - Lights

Urutan nggak mempengaruhi preferensi. Jadi yang ada di no. 1 bukan yang paling aku suka. Kebetulan banyak lagu-lagu random yang aku denger dari 8tracks. Jadi banyak tau lagu-lagu baru yang aku nggak tau. Tau site ini dari temen, karena dia sering muter dari sini. Bisa milih lagu sesuai mood. Jadi kalo nggak mau tambah galau, pilih kategori yang nggak galau. Jadi ya mudah-mudahan nggak akan ada lagu galau yang terselip dan bikin kita jadi galau lagi.

Kalo lagi bosen, suka dengerin lagu-lagu diatas, nyari lirik, dan nyanyi-nyanyi sendiri. Atau kalo bosen nyanyi, beneran aku bisa joget-joget dikamar sampe keringetan. Iya, nyadar sih, emang rada abnormal. Tapi gimana ya, aku emang nggak suka sendirian. Dan kalo emang terpaksa di rumah aja dan nggak bisa kemana-mana, kalo nggak nonton koleksi film yang didapat secara cuma-cuma dari temen-temen yang baik, ya nyanyi-nyanyi dan joget-joget sampe keringetan. Nyadar sih, harusnya bisa lebih produktif, olahraga mungkin renang, lari. Ngerjain tugas kalo ada. Belajar mungkin. Ya kali belajar. 

Telat.

Sebenarnya saya bukan orang yang suka terlambat, atau sering dateng telat. Cuma terkadang saya males datang tepat waktu kalo acara rame-rame, misal ketemuan temen lama, acara gath, janjian bareng rame-rame. Tapi kalo janjian personal, antara saya dan seseorang lain, yang peserta janjian Cuma saya dan orang tersebut, saya biasanya nggak suka telat, malah suka dateng lebih awal ke tempat janjiannya, cuma memunculkan diri belakangan, jaga-jaga kalo dia telat, dia nggak perlu tau kalo saya nunggu dari tadi.

Bdw, saya itu orangnya perasa, pemerhati. Kadang-kadang males juga sih, jadinya terlalu peka, dan gampang nggak enakan ke orang lain. Dan suka sedih kalo orang lain yang nggak peka. Saya nggak terlalu suka nunggu, nggak terlalu, berarti ya kadang-kadang suka, kadang-kadang nggak masalah, kadang-kadang it’s okay. Nah karena saya kurang terlalu suka nunggu, makanya saya berusaha menempatkan orang lain diposisi saya, saya selalu berpikir, “Mungkin orang lain juga nggak suka nunggu.”. Dan alasan saya males dateng tepat waktu kalo janjian rame-rame juga itu, saya kurang terlalu suka nunggu.

Entah kenapa, hal tersebut nggak berlaku pas kuliah. Dulu awal kuliah, saya sempet dateng sebelum jam kuliah, bisa setengah jam bahkan sejam sebelumnya, cuma untuk nunggu kelas. Dan entah kenapa, hasil dari menunggu, saya jadi produktif. Produktifnya adalah ngerapiin catetan yang kemaren atau minggu lalu, baca-baca materi buat kuliah yang sedang ditunggu. Mungkin juga alasan saya dateng lebih awal karena dulu pake angkot. Yang suka unpredictable. Kadang cepet banget, kadang ngetem dan jadinya lama banget. Walaupun jarak rumah ke kampus Cuma 6 km. Mulai semester 2, mulai pake motor, makin jarang berangkat lebih awal. Kuliah jam 7, berangkat jam 7 kurang 5. Kuliah jam 12.30, baru mandi jam 12.15.

Selama kuliah ini, dikelas saya sering banget meratiin temen-temen yang telat dan reaksi dosen-dosen ke mahasiswa yang telat. Ada dosen yang nggak terlalu tepat waktu, sering terlambat juga, tapi begitu dia udah masuk kelas, nggak boleh ada mahasiswa yang masuk kelas. Ada dosen yang 15 menit sebelum kelas dimulai dia udah dateng, padahal kelas pagi jam 7, tapi begitu ada mahasiswa yang 7.30 baru dateng dia santai aja. Mahasiswa yang telat macem-macem. Ada yang ngetok-ngetok doang, nunggu dibukain. Ada yang ngetok, terus ngintip, sambil cengar-cengir izin masuk ke dosen. Ada mahasiswa yang pake sendal, pake kaos, nyelonong masuk aja telat 40 menit. Ada yang buka pintu dikit, trus ngintip dan nanya ke temennya masih boleh masuk atau nggak. Macem-macem.

Makin ke semester atas, saya yang pemerhati ini makin ngerti tipe-tipe dosen yang ngizinin masuk sama yang nggak, dan makin apal sama temen-temen yang suka telat dengan gayanya masing-masing. Dan makin kesini, kayak yang udah saya ceritain semenjak naik motor itu, saya juga suka telat. Saya mulai males dateng cepet. Saya males nunggu dosen kalo mereka telat. Saya males mandi cepet-cepet. Saya males bangun cepet. Saya males ngeprint malem. Saya males bikin tugas malem-malem. Iya kemunduran emang. Sedang dalam kondisi fatigue akut. Lack of passion. Diminishing of motivation. Hahaha

Karena telat, saya pernah beberapa kali nggak dibolehin masuk sama dosen. Kesel bukan main sih sebenernya. Bukan karena jadi nggak bisa ngikutin pelajarannya, tapi karena absen saya jadi terbuang percuma. Hiks. Padahal saya udah ngerencanain bolos buat jalan-jalan atau buat apaaa gitu T.T #dasarmahasiswa

Tapi makin kesini saya makin pengalaman. Bukannya berubah dan dateng lebih awal, saya jadi lebih lihai untuk bisa masuk kelas walau telat.

Pas telatnya cuma sampai batas 15 menit, saya biasanya masuk aja. Ngetok pintu, buka, masuk, tutup, langsung duduk, tanpa menatap dosen, dan nggak grasa grusu. Dan semua itu dilakukan dengan durasi yang singkat, cepat, langkah pasti. Setelah duduk biasanya Cuma ditanya sama si dosen, kenapa terlambat. Saya biasanya juga jawab dengan cengiran manis, akting pasang muka yang merasa bersalah karena sudah telat, dan bilang, “Iya pak....”. Biasanya sang dosen nggak akan melanjutkan pertanyaan. Setelah dosen kembali fokus ke kelas, barulah kamu boleh ngobrak-ngabrik tas nyari-nyari kertas dan pulpen. Kalo kamu yang suka telat, tapi caranya : ngetok pintu, buka, masuk setengah, liat muka dosen, dan nanya, “Masih boleh masuk, pak?”, biasanya dia akan bilang “Udah telat 15 menit” sambil geleng-geleng nggak atau tangan yang melambai-lambai nggak. Ya iya, orang ditanya. Dia jadi tergoda untuk bilang nggak. Saya pernah bisa masuk kelas, padahal sebelumnya udah ada yang nggak dibolehin masuk. Abisnya dia minta izin sihh...

Pas telatnya sampe sejam, saya biasanya nitip tas ke temen, atau nitip ke perpus, dan masuk melenggang ke kelas seolah kita baru dari kamar mandi. Pernah dicurigai dosen, ditanya, “Kamu terlambat? *liat saya yang nggak pake tas* Eh, tadi udah masuk?” “Dari toilet, bu.” Dan berhasil! Absen selamat!

Pas lagi bosen abis di kelas, saya pernah pulang dulu kerumah, trus balik lagi. Seringnya sih saya izin ke toilet, padahal nongkrong dulu di kantin. Trus beli cemilan buat sambil makan diem-diem dikelas biar nggak bosen.

Inti dari tulisan ini random thought sih, tapi entah kenapa kebanyakan kita mengalami kemunduran makin kesini kuliah. Padahal makin berat. *sigh* 


Senin, 15 Juli 2013

Ramalan

Barusan lagi googling-googling iseng, dan nemu link semacam tes kepribadian yang dasarnya tidak diketahui. Iseng-iseng ikut klik klik. Dan hasilnya :  

Your view on yourself :
Other people find you very interesting, but you are really hiding your true self. Your friends love you because you are a good listener. They'll probably still love you if you learn to be yourself with them. 

Yes, i'm a good listener, and i'm not that open to every person.  

The type of girlfriend/boyfriend you are looking for :
You like serious, smart and determined people. You don't judge a book by its cover, so good-looking people aren't necessarily your style. This makes you an attractive person in many people's eyes.

Yes, i am not judging a book by its cover, i hate people thinking about first impression is everything, because i'm not good to make a good first impression. So i don't believe either about others people first impression to me.  

Your readiness to commit to a relationship :
You prefer to get to know a person very well before deciding whether you will commit to the relationship. 

Ya, when i met someone, i never thought about any purpose. Just met, and maybe make a friend, not more. Nggak pernah jatuh cinta pada pandangan pertama, dan nggak pernah mikir 'how coincident is this, maybe he is the person'. Dan kebanyakan kisah pacaran saya, jarang banget sama orang yang benar-benar baru kenal. I think when we are talking about 'relationship' here. That's about the 'status'. Not about another kind of relationship. You know what i mean.  

The seriousness of your love :
You are very serious about relationships and aren't interested in wasting time with people you don't really like. If you meet the right person, you will fall deeply and beautifully in love.

 Beberapa kali deket sama orang dan beberapa kali ditembak tapi nolak. I just feel i'm not that into him. Not 'click', you know. Dan aku nggak mau coba-coba jadi dulu, trus kalo nggak cocok cerita nanti. I'm afraid of break up. When we broke up with someone, we break everything, like friendship, and i don't want to break my friendship. So if it's not click, i don't want to try.  

Your views on education :
Education is less important than the real world out there, away from the classroom. Deep inside you want to start working, earning money and living on your own. 

Saya bukan orang yang sangat suka belajar, belajar dalam arti duduk di kelas, kuliah, lanjut S2. Bukan berarti pendidikan itu nggak penting, hanya saja saya yang sepertinya kurang gigih belajar. 

The right job for you :
You're a practical person and will choose a secure job with a steady income. Knowing what you like to do is important. Find a regular job doing just that and you'll be set for life. 

No comment for this section, i don't know what i want.  

How do you view success :
Success in your career is not the most important thing in life. You are content with what you have and think that being with someone you love is more than spending all of your precious time just working. 

I hope i can be someone's wife. Haha  

What are you most afraid of :
You are concerned about your image and the way others see you. This means that you try very hard to be accepted by other people. It's time for you to believe in who you are, not what you wear. 

Ya, sedikit mengalami krisis percaya diri, kurang berani, dan takut berbuat salah. Nggak enakan sama orang lain, dan mikirin banget apa yang orang lain pikirkan tentang saya.  

Who is your true self :
You are full of energy and confidence. You are unpredictable, with moods changing as quickly as an ocean. You might occasionally be calm and still, but never for long.
"with moods changing as quickly as an ocean." Wow, you know me so well, This is really me. Haha


Entah sugesti atau bukan, berasa cocok. Hahaha

Wow, US$ 1 = Rp 10,024!

Well, sebagai anak fakultas ekonomi, walaupun aku bukan jurusan ekonomi pembangunan tapi manajemen, tetep aja kalo ada berita ekonomi aku sering bertanya-tanya kenapa aku nggak ngerti apa-apa. Hahaha dan aku malu. Dikit.  

Jadi berita yang lagi hot nih kayaknya tentang nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar alias depresiasi. Hari ini 15 Juli 2013 dari twit nya detikcom aku dapet info kalo US$ 1 = Rp 10.024! Wow banget kan. Sekarang udah lebih dari 10.000 loh. Dulu waktu awal-awal aku pernah belajar apa dampak positif dan negatif dari depresiasi dan apresiasi mata uang. Tapi lupa. Sangat manusiawi. Terus kan aku juga belajar manajemen konsentrasi keuangan, yang belajar tentang investasi. Secara naluri dan insting (naon) aku ngerasa ada benefitnya depresiasi suatu mata uang sama multinational corporate, tapi aku nggak tau apaan. Iya aku emang mahasiswa semester 7 yang berwawasan kurang dan memiliki ingatan jangka pendek, juga memiliki kesulitan untuk memahami sesuatu dengan mudah, nalar yang kurang peka. Lengkap sudah.

Jadi berdasarkan ketidaktahuan aku ini, aku nyari tau tentang semua ini. Semua ini bikin aku bingung. Aku harus tau apa maksud dari misteri semua ini. Akhirnya google memberi segalanya.

Keuntungan dari depresiasi, kasus kita rupiah, :
  1. Ekspor negara kita akan lebih kompetitif, permintaan ekspor akan meningkat. Karena murah. Depresiasi mata uang secara umum dapat dianggap sebagai keuntungan bagi bisnis. Hal ini dapat menurunkan harga produk-produk ekspor, menjadikan ekspor lokal dapat lebih bersaing dalam pasar dunia. 
  2. Secara tidak langsung, meningkatnya ekspor akan membantu meningkakan terciptanya lapangan kerja.
  3. Carry Trades.
Carry Trades adalah mengambil keuntungan dari perbedaan tingkat suku bunga antar negara. Jadi misalnya investor meminjam uang di Indonesia, terus ditukar ke mata uang dolar. Abis itu uang dalam bentuk dolar tersebut dibelikan obligasi di Amerika.

Obligasi itu surat utang, jadi ada perusahaan yang butuh dana untuk perusahaannya, kemudian menerbitkan surat utang. Nanti investor-investor bisa beli surat utang ini, yang beli berarti ngasih utang ke perusahaan tersebut.

Pendapatan dari obligasi itu dari coupon (bunga) tiap tahun. Ada 3 jenis bunga yang ribet dijelasin. Normal Yield, Current Yield, dan Yield to Maturity. Jadi ini tuh tergantung suku bunga dinegara tersebut, cerita disini Amerika. Jadi nanti investornya itu dapet coupon dari Amerika dalam bentuk dolar, terus nanti kalo di rupiah kan lagi jadinya banyak.

Keuntungan Carry Trades :

  • Pertama, melalui tingkat suku bunga harian (coupon) yang lebih tinggi di negara Amerika.
  • Kedua, melalui depresiasi Rupiah, yang membuat investor mendapatkan sejumlah uang dalam Rupiah yang lebih besar, dari pada jumlah awal pinjaman mereka.
Nggak semua negara berusaha mengaspresiasi mata uang mereka. Contohnya Jepang. Jepang itu negara langganan sumber Carry Trades. Dan Jepang nggak berusaha menaikkan suku bunganya. Soalnya Jepang itu banyak mengekspor produk-produk misalnya mobil dan alat elektronik. Mobil Jepang terkenal lebih murah daripada mobil Eropa dan Amerika, trus hemat bahan bakar. Kalo misal Yen terapresiasi bakal menaikkan harga produknya juga. Jadi Jepang selalu menekan agar mata uangnya nggak terapresiasi. Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan, bahwa fenomena carry trades tidak selalu merugikan negara sumber, apalagi jika negara sumber adalah eksportir. Sebenarnya depresiasi mata uang dapat memicu tingkat ekspor, dan ekspor yang meningkat akan membuat mata uang domestik menguat dengan sendirinya. Jadi siklus sih, bisa stabil sendiri juga harusnya. Invisible Hand gitu.

Maaf ya, ini tulisan lagi mabok, mabok sop buah. Kebanyakan ngaconya. Bye~

 Sumber :

Minggu, 24 Maret 2013

A Long Journey to Jatinangor

Senen kemaren (17/3) saya dan teman saya Dani Hamdani, orang Ciamis, berpetualang. Judulnya “Sehari bersama Dani & Vina”. Acara ini mirip-mirip Reality Show tentang ngikutin sehari bareng artis gitu lah. Saya dan Dani janji jam 8 pagi, tapi saya telat, apalagi saya mau nyontek tugas dulu, jadilah kita pergi naik Damri jam 9.30. Sampe nangor hampir jam 11. Awalnya kita bingung nih mau kemana dulu. Yaudah kita jajan cimol enak dan molen dulu. Terus karena kita berdua bingung, akhirnya kita observasi lingkungan dulu untuk dapat beradaptasi dengan kerasnya kehidupan di Jatinangor ini. Kita berencana keliling dulu naik angkot gratis. Eh ternyata ada odong-odong bank BRI, kita pun ga jadi naik angkot gratis, jadinya naik odong-odong dengan perasaan exciting keliling kampus UNPAD jatinangor. Huahahaha 

Kita seneng banget berangin-angin naik odong-odong itu. Kita meratiin ternyata ada bel untuk ngasih tau supirnya kalo kita mau berenti. Soalnya odong-odong terdiri dari 2 gerbong dan terpisah ruangan sama supir, jadi gak mungkin kita bilang kiri-kiri atau bunyiin koin. Kita naik odong-odong keliling kampus dan berhenti ditempat kita naik tadi. Artinya kita memulai dan mengakhiri ditempat yang sama. Abis itu kita ganti armada, pake angkot kampus. Setelah dipikir-pikir, kita berhenti di FIB aja, Fakultas Ilmu Budaya, karena jurusannya banyak. Soalnya kita emang berencana sit-in alias masuk kelas salah satu mata kuliah buat ngerasain gimana kuliah di fakultas lain. Setelah nyampe FIB, kita celingak celinguk kayak maba cupu, jalan-jalan, ngelewatin gedung sastra jepang 2 kali dan liat yang lagi pada kuliah, liat peta kampus nya, liat jadwal kuliah, dan memutuskan salah satu mata kuliah. Tapi susasana di kelas-kelas FIB kita rasa kurang memungkinkan untuk sit-in. Jadi kami pindah. Fakultas sebelah FIB kebetulan FISIP. Saya dan Dani cek lapangan dulu. Widih, anak fisip gaul-gaul, eh ternyata kita di gedung jurusan HI. Ada perasaan ciut begitu liat anak-anak HI yang gaul. Kita pun menjelajah lagi, nyampe di gedung jurusan Administrasi Negara. Cek pasar, cek lokasi. Liat jadwal kuliah, liat ruangan. Waah kita berdua teguh menambatkan pilihan kalo kita akan masuk kelas Manajemen Kekayaanan Negara jam 1. Agak-agak nyambung lah sama jurusan kita yang Manajemen kalo liat judulnya. 

Karena masih lama, dan sekarang baru jam setengah 12an, kita jalan-jalan dulu. Kemana ya, beli susu deh di tempat perah susu fapet. Kita mau naik angkot gratis rencananya, tapi kita g tau gimana cara berentiinnya. Mau melambai-lambai malu, liat-liat supirnya tapi supirnya nggak ngeh, udah sekitar 5 angkot lewat tapi g ada yang berenti padahal kami udah menatap supir angkotnya dengan memelas. Mungkin supir angkotnya kira kami mau turun ke bawah, karena fisip kampusnya terbilang paling depan, g ada yang naik angkot anak-anaknya, pada jalan. Dan mungkin supirnya gak bisa telepati, dengan hanya liat-liat supir angkotnya dan berharap dia berenti. Mungkin harusnya kami nyetop dengan melambai-lambaikan tangan. 

Tanpa disangka-sangka, sudah desperate, ada odong-odong lagi lewat. Kali ini bukan odong-odong BRI kayak yang pertama kali. Kali ini odong-odong Mandiri. Lebih gede kapasitasnya. 1 gerbong ada 2 pintu. Pas odong-odong ini lewat, kita juga gak berani nyetop pake lambai-lambai. Kita Cuma liatin supirnya. Eh dia berenti. Hahaha senangnyaa naik odong-odong :D 

Nyampe di tempat susu kita berdua malu-malu mencet bel. Akhirnya dani mencet bel, tapi diturunin di bale santika. Soalnya jalan pas ke tempat susu tanjakan juga, g mungkin berenti. Trus dari Bale Santika kita jalan ke tempat susu. Malu-malu karena blom pernah. Saya beli susu stroberi 2000, dan beli yoghurt 3000. Enak banget. Pengen lagi. Abis itu kita bingung mau gimana, akhirnya kita jalan. Soalnya kalo naik angkot atau odong-odong pasti harus ke depan BNI dulu, trus turun, trus naik angkot lagi ke FISIP. Jadilah kita jalan panas-panasan. 

Nyampe FISIP kita langsung ke kelas yang kita sudah tag tadi. Agak lupa-lupa ingat itu lantai 2 apa 3. Ternyata lantai 2. Pas udah di depan kelas, kita malu lagi nih buat masuk. Sungkan karena bukan kelas sendiri dan bukan teman sendiri, akhirnya dengan bismillah *tsaah* kita masuk. Pada diliatin juga sih karena mungkin kita gak pernah diliat sama anak-anak situ tau-tau masuk kelas mereka. Dengan perasaan asing dan terbuang, taunya ada kaka Nico di paling belakang! HAHAHA 

 FYI kaka Nico adalah temen KKN saya, Administrasi Negara 2007, tapi cuti 2 tahun untuk hal yang kurang jelas. Agak tertutup dan misterius soalnya. Di KKN dia suka banget teh kotak. Pas dikelas itu dia pun lagi minum teh kotak. Ingat kaka Nico pasti ingat teh kotak. Vice versa. 

Kita duduk, celingak celinguk, malu-malu, diliatin, liatin balik, diliatin balik, kita nunduk. Ternyata ada temen nya dani di kelas itu namanya Rini. Nama panjangnya rini adalah Rini. Iya, si Rini namanya Rini doang. 

Dani : “Rini! Rini!” (Sangat excited manggil-manggil sambil dadah dadah) 
Rini: (Liat, datar, bales dadah-dadah, kirain bakal disamperin atau apa eh dia malah cuek ngobrol sama temennya.) 
Dani & saya : (ketawa ngakak sama respon si Rini) 
Saya : “Rini matanya min ga Dan?” (curiga) 
Dani : “Ga tau, saya terakhir ketemu pas SD” 
gubrak. 
 Dani : “Rini! Rini! Rini! RINI!!” 
Rini : (senyum) “Asa kenal.” (malah lanjut ngobrol dan nggak menggubris kami) 
Dani & saya : (ketawa makin ngakak liat respon Rini) 
Dani : (sms Rini) 
Dani : (miscall Rini) (dan terakhir diketahui bahwa no Rini yang ada di Dani sudah tidak dipake lagi) 
Dani : (coba manggil lagi dan dadah-dadah) 
Saya : (ngetawain Dani) 
Dani : (pasrah sama temen yang nggak mengakuinya. Ngehina-hina rini. Katanya anak ciamis emang gitu) Dani : (masih belom putus asa dadah-dadahin rini) 
Rini : (FINALLY nyamperin dan ngobrol) 
All : Happy Ending~ 

 Finally jam setengah 2an ibunya dateng. Seorang dosen muda yang gaya dan cantik. Mirip Manohara. Beneran. Akhirnya kelas dimulai. Presentasi tentang perencanaan pelayanan kebutuhan barang. Infrastruktur gitu. Mereka disuruh seolah-olah bikin project. Perencanaan investasi asset tangible untuk negara gitu. Tapi teknis nya. Pertama analisis kebutuhan, apakah project tersebut perlu atau tidak, terus harapan dengan adanya project tersebut, terus analisis kebutuhan barang-barang apa yang dibutuhkan dan kemudian biayanya. Kayak anggota DPR mungkin ya. Sekelas itu isinya kurang lebih 70 orang kalo liat diabsen. Lupa nyampe 70 apa nggak, tapi 60an lebih. Saya dan dani selama belajar dikelas itu kayak ngebandingin sama belajar di kelas kita biasanya. Perbandingannya : 
  1. Pas presentasi nyantai banget. Setiap kelompok seingat saya rata-rata 4 atau 5. Tapi yang presentasi Cuma 1 orang aja. Paling ada yang 2, itupun yang satu Cuma kayak perkenalan, yang jelasin 1 orang aja. Beda sama presentasi di kita, semuanya harus ngomong, dosen menilai individu dan kelompok soalnya. Bukan hanya kelompoj saja. 
  2. Kelasnya kondusif, walaupun kelas besar dan orangnya banyak. Beda banget sama kelas kita biasanya. Kalo 50 aja sekelas pasti ga akan sefokus dikelas itu anak-anaknya. 
  3. Presentasinya komunikatif dan nyaman, komunikasinya 2 arah. Jadi audience pada nyeletuk atau ngetawain kalo si presenter ngelucu atau ada yang lucu atau ada yang salah. Nggak kayak di kelas kita biasanya yang kalo presentasi jadi serius, komunikasi hanya 1 arah 
  4. Anak-anaknya aktif banget dan orangnya gak itu itu aja. Begitu dosen nanya “ada yang mau bertanya?” langsung ngacung banyakan. 4 kelompok yang tampil gak susah dan gak perlu waktu lama buat nunggu ada yang nanya. Beda banget sama kelas kita yang biasanya jarang ada yang nanya dan suka yang nanya orangnya itu-itu aja. Ketika dosen nanya pendapat, banyak yang ngacung jawab juga. Nggak kayak kelas kita. 
  5. Anak-anaknya jarang banget ada yang megang hp. Ya ada tapi nggak terus-terusan dan gak sering. Jarang lah. Malah hampir gak ada kalo menurut pandangan kita. Beda sama kita yang kebanyakan anaknya kalo di kelas megang hp dan fokus sama hp nya. 
  6. Kalo dikelas kita, kayaknya dosen itu nilai oriented banget. Presentasi nilai individu dinilai, yang nanya dinilai, yang jawab dinilai, yang ngasih pendapat dinilai. Mungkin itu diiming-imingi gitu gara-gara anaknya pada pasif dan gak mau ngomong. Kalo di AN itu semuanya aktif, jadi mungkin dosen nggak perlu mengiming-imingi aktif dikelas nilai jadi bagus. 

Kesimpulan kita kelasnya enak banget, kita jadi termotivasi untuk lebih aktif dan nggak main hp di kelas. 

Abis kampus-kampusan kita mau beli risol terenak sejatinangor. Rekomendasi dari gina, teman saya. Adanya di sebelah alfamart bungamas. Risol isi mayones yang enak banget. Abis itu kita jalan ke daerah yang namanya ‘sayang’. Makan baso yang kata temen kknnya dani, enak juga. Tapi basonya pas kita makan sih biasa aja. Err. Emang rekomendasi temen kkn dani g recommended nih. Huu 

Udah makan baso kita mau jalan ke pangkalan damri nya, ternyata bus yang jurusan DU lamaaa banget datengnya. Ada kali kita nunggu 45 menitan berdiri nungguin bus nya. Dan orang yang nunggu semakin banyak. Kita makin cemas, takut gak kebagian tempat duduk dan berdiri. Dengan perjuangan akhirnya kita dapet tempat duduk, walaupun gak sebangku tapi samping-sampingan. 

Ternyata ga semuanya dapet tempat duduk, ada ibu-ibu yang bawa barang gede berdiri. Aa aa depan Dani langsung ngasih tempat duduk ke ibu itu. Momen tersebut membuat hati dani tersentil. Tapi dia bilang, tetep ga mau ngasih tempat duduk, gak rela berdiri, capek soalnya. Dasar dani -_- Oiya, selama di nangor kita itung-itungan ketemu temen berapa. Dani pas abis beli cimol ketemu temen sma nya, trus pas di odong-odong walaupun gak ngobrol karena beda gerbong, ketemu temen kknnya, dan terakhir di kelas ketemu Rini. Dikelas rini juga ada temen twitternya dani. Sedangkan saya Cuma ketemu kaka nico saja dan ngobrol Cuma sekedar ditanya ngapain doang. Untuk urusan teman-teman ini, dani menang deh. Hiks

Dijalan saya sempet tidur. Awalnya merasa berdosa karena pake softlens, masa mau tidur dengan softlens masih dimata, tapi gapapa deh ngantuk banget. Ada kali setengah jam tidur. Rasanya enak banget. Nyampe DU 1 jam lebih. Hampir setengah 7. Abis itu kita pun berpisah pulang. Sayang kami tidak foto-foto karena terlalu malu takut dibilang norak, padahal emang malu-maluin banget. Selesailah petualangan kita di nangor dengan membawa banyak pelajaran yang dapat kita petik dari perjalanan hari ini dan rasa candu akan risol mayones.

Kamis, 14 Maret 2013

Kuliah & Jam Tangan

Kejadian ini adalah kisah nyata mahasiswa yang kurang tekun seperti saya, pada hari ini jam 9.30 sampai selesai. Waktu lagi mata kuliah Metodologi Penelitian. Sebenernya saya agak stres sama mata kuliah satu ini, soalnya udah disuruh mikir fenomena, topik, judul, yang berhubungan sama pembuatan skripsi. Bikin stres. Belum kepikiran. Ditambah dosennya yang agak menyeramkan. Saya emang agak cemen. Sebenernya dosen metlit ada 2. Yang satu bapak X, satunya lagi prof Y. Kebetulan hari ini yang masuk prof Y. Sepanjang pelajaran saya nulis. Dan inilah yang saya tulis :

14 Maret 2013
Metlit

Masih jam 10.28 masih sejam lagi udah bosan & ngantuk.
Sekarang 10.42, baru 14 menit berlalu, lama banget.
10.52, 10 menit berlalu. Intensitas melihat jam tangan semakin sering.
Meja udah abis dicoret-coret, eh masih 10.58. Baru 6 menit berlalu.
Udah nguap berapa kali, nunduk-nunduk takut ditanya.
Nanya masalah dasar yang basic-basic dan fundamental yang beneran susah jawabnya, duh masih 11.02
Dan intensitas melihat jam semakin sering. 11.08. 6 menit.
Ngintip jam di 11.11, dan kemudian 11.15.
Berusaha nahan diri untuk tidak liat jam.
11.19, 11.21.
Lapar. Baso. Hoyong baso.
Finally 11.34. Yaah, not over yet ternyata :(
Oh my.. 11.43.
YEAH FINALLY 11.50!!

Jadi kelas mulai 9.30 dan saya baru masuk 9.45 gara-gara baru beres praktikum. Sampe jam 10.00 (mungkin) saya masih adaptasi sama kelas. Sampe 10.28 kayanya saya masih asik nyoret-nyoret meja. 10.28 itu mungkin saya tersadar kalo meja udah penuh, dan saya sadar saya ngantuk, lapar, bosan, ditambah capek nunduk gara-gara takut ditanya. Oleh karena itu saya sok sibuk dengan nulis. HAHAHA

Senin, 25 Februari 2013

Eyeliner!

Nggak tau makin kesini makin centil atau gimana, tapi saya semakin tertarik sama segala sesuatu yang berbau make-up. Tapi bukan berarti saya suka pake make-up tiap harinya. Saya nggak suka tampilan menor, saya suka alami, saya itu tipe cewek yang malu kalo keliatan lagi touch up atau sekedar bedakan dan sisiran di toilet umum yang rame. Soalnya entah kenapa saya ingin terlihat fresh tapi bukan karena make-up. Jadi kalo ketauan dandan di toilet umum gitu merasa malu. Sisiran juga saya suka malu. Kecuali bedakan dan sisiran di rumah, atau di toilet umum yang ga ada siapa-siapa, atau cuma temen cewek yang deket aja. Saya nggak mau dinilai cantik gara-gara make up. Dan nggak mau dinilai sebagai cewek yang ribet, rempong,  suka dandan lama di kamar mandi. Tampilan saya sehari-hari cuma pake yang standar. Bedak doang. Paling sama lipstick pelembab warna natural biar bibir g kering dan tetap shiny. Kadang pake mascara juga, tapi yang bening. Yang cuma efek ngebasahin bulu mata. Paling punya ada sih foundation doang. Itu juga dipakenya baru dua kali, ke nikahan. Jadi saya nggak punya make-up kit yang isinya macem-macem.

Ini foto  saya yang paling ber make-up. Ini cuma pake foundation, bedak, lipstick yang saya jadiin blush on sekalian eyeshadow, dan mascara bening.

Tadaa!

Tapi saya sangat tertarik sama make-up, kalo liat majalah, suka banget meratiin make-up para artis. Yang paling saya kagumi adalah kalo liat make-up artis model-model luar negeri. Barat. Shading di tulang pipi nya bagus, bikin pipi tirus, bagus banget pipinya ngebentuk gitu, padahal istilahnya cuma di 'gambar' doang. Trus sama make-up bagian mata. Bisa bikin mata berasa cekung ke dalam, nge-blend warna, smoky eyes, mascara yang nggak menggumpal, karena selama ini saya liat mbak-mbak di mall mascaranya jelek banget, ngegumpal gitu tapi tetep pede. Dan juga tatanan alis yang bagus, bener-bener kembar dan cantik, nggak kayak tante-tante yang alisnya suka bikin mukanya jadi antagonis dan kadang nggak alami, terlalu tajam. 

Saya pernah belajar potong rambut di sebuah salon bagus di kota saya, bukan salon yang ternama kayak misal Johnny Andrean atau Rudy Hadisuwarno, cuma memang terkenal bagus di kota saya, namanya TOKYO SALON. Saya akui memang pelayanan dan cara kerja di salon tersebut bagus. Soalnya saya memang diajarin dari cara creambath dulu, pijet-pijetannya, caranya, nggak boleh kena kening, nggak noleh kena kuping, trus mulai ke potong rambut rata, potong rambut shaggy, potong rambut ouval, bob, sudah saya pelajari. Cara megang gunting, agar tidak melukai pelanggan, mencari belahan rambut tanpa bertanya ke pelanggan, posisi berdiri, bagus deh. Dan selama saya nyalon di beberapa tempat di Bandung dan Depok, salon tempat saya belajar ini masih lebih bagus pelayanannya. Dan waktu saya belajar potong rambut disana, beneran ngerubah model rambut, sampe kebawa ke muka. Soalnya seringnya kalo saya motong rambut suka di pendekin aja, tapi rambut tuh ga di 'acak-acak', tapi pas terakhir di benerin pake hair dryer atau catokan. Jadi dibantu sama hair style nya aja. Kalo saya sih beneran diajarin ngerubah model rambut dan 'ngacak-ngacak' rambut, tarik sana tarik sini, gunting sana gunting sini, tarik ke atas, ke samping, ke depan. Dan jarang pake hairdryer. Pas selesai potong rambut udah bagus. Jadi bagusnya asli dan bukan hasil hairstyle. Potong rambut ditempat saya belajar itu 40rb. Sudah termasuk creambath diawal. Soalnya potongan rambut dengan rambut yang bersih baru keramas akan lebih bagus karena tidak berminyak dan kotor.

Liat tuh pipinya, bagus banget, dan matanya keliatan 'dalam'.


Saya belajar motong rambut itu pas libur 3 bulan semesteran, jadilah pas lebaran langsung semua tante-tante dan anak-anaknya saya yang potongin. Dulu saya udah jago. Tapi kalo keahlian potong rambut itu kayaknya mirip nyetir deh, makin lama jam terbang makin luwes. Semenjak setelah lebaran tahun 2011 kemaren saya udah nggak pernah motongin rambut lagi, paling poni aja. Nggak tau deh masih punya kemampuan atau nggak. Dan di tempat saya belajar itu saya paling suka ngeliatin yang lagi di make-up. Dan saya sangat kagum pada kemampuan si mbak-mbak yang saya lupa namanya itu ngerok alis. Ngerapiin alis yang mau di make-up. Saya kagum dan pengen belajar, tapi waktu saya cuma 3 bulan kurang, dan keahlian motong rambut lebih butuh belajar daripada keahlian make-up yang mungkin bisa dipelajari sendiri, jadilah saya cuma bisa nonton dan mengagumi. 

Tapi, gara-gara kkn, ada seorang gadis bernama Tyas yang selalu pake eyeliner. Tapi eyelinernya dia itu bagus, nggak menor, alami, dan nggak berantakan. Rapih banget. Saya pun jadi tergila-gila dan teobsesi sama eyeliner. Saya sering banget minta pakein pas kkn. Dan semua cewek kkn pada minta pakein juga ke dia. Lucu deh, waktu itu mau jalan-jalan kkn, dan semua cewek di kkn pada pake eyeliner semua, dipakein sama Tyas. Jadilah saya sekarang lagi hunting pengen beli eyeliner. Belum nemu yang cocok, ada, tapi mahal,  dan takutnya nggak sebagus punya Tyas. Ditanya Tyas beli dimana, di Kalimantan doong jawabnya. Iya dia emang orang Kalimantan. Tapi saya orangnya emang byaya'an kalo kata orang jawa, pecicilan gitu. Eyeliner Tyas itu waterproof, dia bolak-balik wudhu juga ga ilang. Nah aku ga tau kenapa cepet ilang. Padahal temen-temen yang lain blum ilang, saya udah ilang aja. HAHAHAH

Ini hasil eyeliner saya yang dipakein sama Tyas

Dan perkenalkan, ini Tyas sang master eyeliner!

Oh iya, untuk mengetahui apakah make-up saya udah rata atau belum, biasanya saya foto muka saya  yang ber make-up dibawah sinar lampu atau cahaya matahari. Bakal keliatan, mana yang belang, dan perlu diratakan. Apakah keliatan kayak topeng atau nggak. Gitu deh. Soalnya kalo dilihat kasat mata aja, pasti kurang keliatan. Harus difoto biar keliatan menurut saya.