Kamis, 23 Februari 2012

Lingkaran

Pernah nggak merasa pengen berada di dua acara berbeda sekaligus? atau pengen main sama dua teman berbeda yang agendanya juga berbeda, tetapi dua teman berbeda ini tidak saling mengenal? Aku sering banget mengalami yang kayak gitu. Aku nggak bisa mengakrabkan dua teman yang tidak saling kenal ini. Aku takut masing-masing teman ini merasa gak enak. Yang satu merasa, "temen kamu nggak asyik", yang satu lagi merasa, "aku kan mau main sama kamu, kenapa ngajak temen". Dan aku merupakan tipe orang yang nggak mandiri, susah sendiri, jadi selalu pengen punya temen yang bisa nemenin. Payah ya kelihatannya. Begitulah. Bisa dibilang, aku itu tipe orang yang punya cukup kenalan sekedar 'say hi' tetapi punya sangat sedikit teman dekat yang membuat diri nyaman.

Kalo aku perhatiin, temen-temen di kuliahan juga sama sih, berteman dekat dengan lingkaran yang itu-itu saja, sampe klop banget dan kemana-mana bareng. Seneng liatnya. Kompak banget. Tapi aku merasa nggak cukup punya lingkaran yang itu-itu saja, aku pengen ikut hal menyenangkan yang lingkaran lain lakukan, aku pengen ikut jadi rajin dan suka belajar bareng kayak lingkaran yang sana, aku pengen ikut jadi orang yang baik dan manis kayak lingkaran yang situ, aku pengen tau apa yang lingkaran sini lakukan. Tapi saat aku ingin masuk ke dalam lingkaran itu pada saat yang bersamaan aku nggak bisa. Mereka lingkaran berbeda yang nggak ada irisannya, nggak berpotongan.

Minggu, 19 Februari 2012

Short Journey to Pekalongan Kota Batik

Pertama kali, sebelum ke Pekalongan dan belum denger orang Pekalongan ngomong, saya kira orang Pekalongan itu dialek bahasa jawa nya mirip Tegal, Brebes, Indramayu gitu, ternyata sama kayak Semarang. Mau dialek Brebes ataupu dialek Semarang, masing-masing adalah identitas dan ciri khas, jadi gak ada yang salah ataupun memalukan dengan dialek apapun menurut saya.

Nyampe di Pekalongan saya liat banyak tempat makan yang menawarkan menu : Pecak, Soto Pekalongan, Soto Tauto, Garang Asem, dan Nasi Megano. Saya pun penasaran dan mencoba kuliner khas Pekalongan ini. Tapi sayang saya belum sempet nyoba Pecak dan Garang Asem.

1. Soto Pekalongan (Soto Tauto)
Katanya aslinya soto Pekalongan ini pake daging kerbau, tapi sekarang kebanyakan pake daging sapi dan daging ayam. Uniknya soto Pekalongan ini pake tauco. Ternyata Tauto ini singkatan dari Tauco Soto. Sotonya enak deh pake tauco, trus banyak sounnya. Kuahnya seger. Slurp.



2. Nasi Megono
Megono  terbuat dari nangka muda yang di cacah halus yang di campur dengan parutan kelapa dan di oseng (seperti serundeng). Megono di Pekalongan itu diibaratkan sepeti Gudeg di Jogja. Makanan yang mesti ada. Megono biasa disajikan bersama nasi putih dan lauk pelengkap lain seperti opor ayam, tahu tempe, telor, dll. Yang saya makan ini Nasi Megono + Opor Ayam.

Setelah berkuliner, karena Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik, kami pun berburu batik. Di Pekalongan ini ada 2 tempat pusat grosir dan eceran, yaitu Setono dan Pantura. Ada lagi yang baru mau di buka tanggal 3 maret ini yaitu International Batik Center (IBC). Super sekali memang Pekalongan ini.

1. Pusat Grosir Setono
Setono ini letaknya deket terminal Pekalongan, menurut pedagang di sini, Setono ini lebih rame di banding Pusat Grosir Pantura. Dan kenyataannya pas dateng ke dua tempat ini emang iya sih, lebih rame Setono. Dan untuk harga, di Setono ini lebih mahal di banding di Pantura, tetapi mahalnya sebanding sama kualitas. Jadi kualitas di Setono ini lebih bagus di banding di Pantura dari segi kain.

2. Pusat Grosir Pantura
Kalo Pantura ini letaknya di Wiradesa. Disini harganya miring, jadi cocok untuk oleh-oleh.

Selain pusat grosir, di Pekalongan ini banyak juga Kampung Batik, ada kampung batik Kauman, kampung batik Wiradesa, dll. Kalau pusat pembuatan batik ada di Waru.

Dari perjalanan di Pekalongan ini saya jadi sedikit banyak tau tentang batik, ada batik cap, batik printing, batik tulis, dan tau membedakannya. Dari kain ada yang pake kain sutera, kain primis, kalin prima, katun biasa, katun yang utama. Kalo soal desain batik, batik Pekalongan ini lebih bervariasi di banding batik Jogja dan Solo. Dari segi warna juga batik Pekalongan lebih 'berani'. Soalnya Pekalongan ini kota persinggahan pada jaman dulu, jadi di pengaruhi budaya luar seperti cina. Sedangkan Jogja dan Solo batiknya itu motif klasik karena pengaruh keraton. Dan warnanya juga warna dasar seperta coklat, hitam, merah bata. Bedan sama Pekalongan yang pake warna Kuning, Hijau, Biru, dan warna-warna terang lainnya.

Menyenangkan sekali perjalanan ke Pekalongan ini, banyak hal yang belum kita tau guys!

Rabu, 08 Februari 2012

Teman Sepermainan

Mereka adalah teman sepermainan saya, satu komplek. Barisan atas, dari kanan Remon, yang ditengah Haykal, yang merah Tari. Dibawah dari kanan ada Arif, aku di tengah, dan Rara. Ini belum full team sayangnya, ada lagi Chandra, Dara, Mesbah, Tiara, dan Jojo-yang terlupakan, kadang juga ada additional player Renda. Kita ada yang temen dari TK, dari SD, tapi kita semua sama-sama terus sekolah di SMP dan SMA yang sama.


Mereka ini ngangenin banget :)

Lontong Medan

Ini lontong medan. Isinya lontong, bihun, telor, tauco tempe tahu udang ikan teri, terus kuah sayur bersantan yang ada wortel, labu jipang, kacang panjang, dll. Enak. Segini Rp 6,000 di deket rumah, tapi diluaran biasa lebih murah.

Kalo di Bandung orang seneng sarapan pake bubur ayam, lontong kari, dan nasi kuning, di Medan orangnya suka sarapan lontong dan nasi gurih/nasi lemak.

Saya suka deh dua-duanya. Lontong medan dan bubur ayam itu enak sekalii.. Tapi di bandung susah nyari lontong yang kayak begini. Gak sama walaupun ada yang ngaku jual lontong medan. Belum nemu. Dan di medan susah nyari bubur ayam. Hihihi